Bahwa tempe merupakan makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia,
terutama di kalangan masyarakat Jawa, sudah banyak yang tahu. Tetapi bahwa
makanan itu sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung, tahun 1600-an,
barangkali baru sedikit orang yang menyadarinya. Di balik kenyataan itu, nyatalah
bahwa budaya berolah pangan dari nenek moyang kita telah relatif tinggi.
Tempe adalah salah satu produk fermentasi. Bahan bakunya umumnya kedelai.
Namun selain itu, dikenal juga bahan-bahan baku lainnya, seperti ampas kacang
untuk membuat tempe bungkil, ampas kelapa untuk membuat tempe bongkrek,
ampas tahu untuk membuat tempe gembus, dan biji benguk untuk membuat tempe
benguk. Namun di antara semua jenis bahan itu, tampaknya, tempe kedelai lah
yang paling digemari konsumen. Maklumlah, dari segi gizi, tempe kedelai memang
paling top.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang
disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan dalam
proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting dari
Rhizopus oligosporus antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan
menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa
sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur
tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990).
Secara kuntitatif, nilai gizi tempe sedikit lebih rendah daripada nilai gizi kedelai (lihat
tabel). Namun secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai
nilai cerna yang lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air
akan meningkat akibat aktivitas enzim proteolitik. Studi tentang nilai gizi tempe
dengan menggunakan sukarelawan telah banyak dilakukan, misalnya dengan
memperkenalkan makanan campuran tempe, beras dan ketela untuk meningkatkan
status gizi anak-anak balita yang menderita malnutrisi. Selain itu makanan
campuran yang mengandung tempe memiliki potensi sebagai terapi medis bagi
penderita diare kronis (Sumantri dan Sudigbia, 1985).
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Kedelai dan Tempe
Sumber: Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia Depkes RI Dir. Bin.Gizi Masyarakat
dan Puslitbang Gizi 1991
Melihat manfaat yang cukup besar dalam menunjang kesehatan, nampaknya kita
perlu menghadirkan tempe dalam menu kita sehari-hari, selain kandungan gizinya
baik (protein nabatinya tinggi) harganyapun juga terjangkau.
Salah satu prosedur pembuatan tempe dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
selama pembuatan tempe dapat dilihat rangkumannya pada tabel 2.
Tabel 2: Prosedur dan Kemungkinan yang Dapat Terjadi Selama Pembuatan Tempe
Sumber: Kasmidjo, 1990. Tempe, Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan Serta
Pemanfaatannya.