Memiliki oven gelombang mikro (microwave oven) merupakan trend yang tengah
melanda rumah tangga-rumah tangga perkotaan di Indonesia saat ini. Selain sebagai
status simbol baru, karena harganya yang “aduhai” (meskipun kini cenderung makin
menurun), kemampuannya untuk menyelesaikan tugas memasak yang hanya dalam
hitungan detik merupakan daya tarik kuat bagi konsumen. Namun di balik “godaan”
untuk memilikinya, kita mungkin perlu mengetahui bagaimana “tungku” canggih ini
bekerja.
Gelombang mikro (microwave) merupakan gelombang radio pendek berfrekuensi
tinggi yang terletak di antara gelombang berfrekuensi sangat tinggi (infrared) dan
gelombang radio konvensional. Microwave ini memiliki rentang panjang gelombang
mulai dari 1 mm sampai dengan 30 cm. Gelombang ini dibangkitkan oleh tabung
elektron khusus, seperti klystron dan magnetron (ini sebabnya microwave oven
sering juga disebut magnetron). Biasanya tabung elektron tersebut dilengkapi
dengan pengatur frekuensi baik berupa resonator, oscillator atau perangkat sejenis.
Gelombang mikro telah diaplikasikan secara luas, seperti dalam radio, TV, radar,
meteorologi, komunikasi satelit, pengukuran jarak jauh, dan untuk penelitian sifatsifat
material.
gambar
Microwave oven beroperasi dengan pelepasan gelombang mikro oleh tabung
elektron sehingga molekul-molekul air dalam makanan akan teragitasi, yang
kemudian menimbulkan getaran, dan akhirnya akan memproduksi panas. Dalam
oven ini, gelombang mikro akan masuk melalui bagian atas ruang oven yang
dilengkapi dengan kipas pemusing yang bertugas untuk menyebarkan panas yang
dihasilkan tadi ke seluruh bagian oven (lihat gambar). Kombinasi panas berintensitas
tinggi dengan pusingan tadi menyebabkan cepatnya proses pemasakan. Uniknya panas yang dihasilkan ini tak dapat menembus wadah (container) logam, tetapi
dapat dengan mudah menembus wadah non logam. Itu sebabnya makanan yang
akan diolah dengan microwave oven dimasukkan dalam wadah khusus, biasanya
terbuat dari plastik.